Religi, MTPJ- SPIRITSULUT.COM –
nats Alkitab: Yohanes 8:30-36
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Menurut KBBI kata merdeka artinya bebas dari perhambaan, penjajahan; berdiri sendiri; tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu; leluasa. Merenungkan arti kemerdekaan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-80 tahun biasanya hanya dilihat dari perspektif politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamaan dan kebebasan beragama. Namun, dalam Universal Declaration of Human Rights (UDHR) atau Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pasal 3 menyatakan: “Everyone has the right to life, liberty and security of person.” (Setiap orang berhak atas hidup, kebebasan, dan keselamatan sebagai individu.) Jadi hak hidup dan hak kebebasan adalah nilai universal yang harus dihormati oleh seluruh bangsa-bangsa di dunia.
Sebenarnya nilai universal itu bersumber dari Alkitab, bahwa manusia diciptakan Tuhan Allah dengan kehendak bebas, tapi harus bertanggungjawab. Manusia bebas berkuasa atas ciptaan Tuhan Allah yang lain; diberi mandat untuk mengelolanya (Lih. Kejadian 1-2). Manusia adalah makhluk merdeka yang mengemban tanggungjawab terhadap Tuhan Allah, bukan bebas tanpa batas. Pemberontakan Adam dan Hawa di Taman Eden mengubah semuanya (Kej 3). Manusia kehilangan kemuliaan Allah, terbelenggu dosa dan mejadi hamba dosa. (band. Roma 3:23).
Perenungan minggu ini dari Yohanes 8:30-36 akan menyoroti dari perpektif tema: “Kebenaran yang Memerdekakan.” .
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Eksegese)
Tradisi gereja menyebut Yohanes anak Zebedeus, murid Yesus Kristus , sebagai penulis Injil Yohanes, meski dalam isi kitab ini tidak tertulis secara jelas (eksplisit). Penulis diidentifikasi sebagai “murid yang dikasihi Yesus” (Yoh 21:24). Injil ini ditulis pada akhir abad pertama (antara tahun 90 – 100 M), dengan tujuan jelas, “supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yoh 20:31) dan memberikan penguatan iman kepada jemaat Kristen yang menghadapi tekanan dan pengajaran sesat.
Ada dua konteks yang harus dipahami yang melatari dalam Injil Yohanes. Pertama, konteks di masa Yesus Kristus. Yesus Kristus sedang berhadapan dengan orang-orang Yahudi yang menolak-Nya, walaupun ada juga kelompok kecil yang percaya dan menerima Dia. Kedua, konteks penulisan Injil Yohanes, di mana jemaat Kristen yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, dikucilkan. Mereka adalah orang-orang Yahudi dan juga sebagian kecil orang-orang bukan Yahudi. Di sisi lain, jemaat juga menghadapi gempuran ajaran sesat yang menyangkal Yesus Kristus sebagai Tuhan. Pada kedua konteks tersebut, pemerintah Romawi yang berkuasa melakukan penjajahan secara politik dan agama, sehingga umat Tuhan berada dalam keadaan tertekan dan teraniaya.
Injil Yohanes 8:30-36 mencatat pengajaran Yesus Kristus yang disampaikan-Nya kepada umat dalam kondisi “terjajah dan teraniaya.” Ada dua penekanan dalam ajaran yang disampaikan-Nya:
Sifat yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mau menjadi murid Yesus Kristus, yaitu tetap dalam firman-Nya. Firman (Yun. logos) menunjuk pada diri Yesus Kristus (Yoh 1:1). Kata “tetap” (Yun. Méno) bermakna tinggal, menetap, bertekun, bertahan. Artinya, menjadi murid-Nya dimulai dengan percaya dan kemudian meningkat pada komitmen untuk tetap tinggal di dalam Dia, dengan bertekun pada pengajaran-Nya dan bertahan menghadapi situasi apapun.
Ada hak istimewa yang diperoleh murid Yesus Kristus. Pertama, “akan mengetahui kebenaran”. “Mengetahui” (Yun. ϒινώσκω/ginōskō) artinya mengerti, mengenal, mengakui, mengalami. Sedangkan, “kebenaran” (Yun. άλήθεια/Aletheia) berarti benar, sungguh, keyakinan yang benar. Kebenaran ini menunjuk pada diri Yesus Kristus. Jadi, orang yang menjadi murid-Nya akan mengenal siapa Dia dan mengalami kehadiran-Nya sebagai Tuhan yang benar dan berkuasa. Kedua, “kebenaran itu akan memerdekakan”. Merdeka (Yun. Ελευθερος/eleutheros) artinya bebas, tidak diperbudak. Di dalam Yesus Kristus, orang percaya tidak lagi diperbudak oleh dosa, melainkan memiliki kehidupan yang merdeka (diselamatkan).
Pernyataan Yesus Kristus ini mendapatkan reaksi dari kelompok Yahudi (ayat 33). Sebagai keturunan Abraham, mereka merasa istimewa. Mereka bukan budak dan memandang diri secara eksklusif. Yesus Kristus melihat hal ini sebagai sebuah kekeliruan. Orang Yahudi melihat penjajahan secara politik, tetapi Yesus Kristus meluruskan pandangan mereka bahwa penjajahan juga terjadi karena diperbudak dosa. Hal itu bukan berarti Yesus Kristus memandang rendah iman Abraham, namun menolak pemikiran orang Yahudi yang mengganggap hubungan darah itu meloloskan mereka dari jerat dosa (band. Yoh 6:37-40). Bukan Abraham yang menyelamatkan, melainkan Yesus Kristus.
Selanjutnya, Yesus Kristus menegaskan, “sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa” (ay. 34). “Hamba” dari kata Yun. doulos berarti budak. Artinya, perbuatan dosa menunjukkan seseorang diperbudak oleh dosa. Semua manusia telah jatuh dalam dosa, maka semuanya butuh dimerdekakan (band. Roma 3:23). Sebutan “hamba dosa” menunjukkan kondisi manusia berdosa yang tidak punya hak atas dirinya. Manusia tidak memiliki kemampuan untuk membebaskan dirinya sendiri. Pembebasan hanya terjadi melalui penebusan Yesus Kristus.
Meskipun lahir sebagai keturunan Abraham, perbuatan dosa menjadikan semua orang, termasuk orang Yahudi, sebagai budak dosa. Dosa membuat mereka tidak mendapat bagian dalam perjanjian Tuhan Allah dengan Abraham (Lih. Kejadian 15). Hal ini menegaskan keselamatan bukan warisan keluarga. Memang dalam hal iman, ada praktik mewariskan dan mewarisi dari generasi tua ke generasi muda. Orangtua mewariskan iman dan anak-anak mewarisi iman. Namun keselamatan tidak diwariskan. Keselamatan adalah anugerah yang dikerjakan Yesus Kristus bagi tiap orang yang percaya kepada-Nya, agar tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal (Yoh 3:16).
Kemerdekaan atau kebebasan manusia untuk beraktivitas, membuat keputusan dan bertindak bukanlah kemerdekaan untuk berbuat sesuka hati. Siapa berbuat dosa menjadi budak dosa, tetapi orang yang beriman kepada Yesus Kristus dan taat sekalipun menderita, ia hidup dalam kemerdekaan. Merdeka tidak boleh hanya dipahami dalam arti bebas, lepas dan senang, tapi juga berkaitan dengan keputusan melakukan yang benar sekalipun menderita.
Merdeka dalam ajaran Yesus Kristus adalah hidup yang tidak diperbudak dosa. Merdeka berarti mendapatkan kasih karunia Tuhan Allah yang membebaskan orang percaya dari dosa dan maut. Kebebasan yang sesungguhnya adalah keterikatan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus. “Kata Yesus …: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14.6) Sehingga terlahir dari keturunan manapun, semua orang dapat disebut sebagai anak-anak Allah ketika ia dengan sungguh-sungguh percaya dan menjadi murid Yesus Kristus. Orang yang telah dimerdekakan oleh Yesus Kristus memiliki tanggungjawab untuk turut serta dalam upaya nyata membawa pembebasan bagi orang lain, agar tidak jatuh dalam jerat dosa (band. Galatia 5:13).
MAKNA DAN IMPLIKASI FIRMAN
Memerdekakan adalah tindakan Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang membebaskan manusia dari perbudakan dosa. Tidak ada kemerdekaan di luar Yesus Kristus. Manusia tidak dapat mengusahakan kemerdekaannya sendiri.
Merdeka bukan semata-mata bebas atau terlepas dari penderitaan, tetapi juga kemampuan untuk tetap tunduk kepada Tuhan Allah meski di tengah kesukaran.
Orang percaya yang telah dimerdekakan Yesus Kristus mengemban tugas untuk menolong orang lain agar dapat hidup beriman dan setia kepada Yesus Kristus, serta turut berperan untuk mengatasi masalah-masalah sosial di lingkungannya.
Gereja sebagai institusi menjadi wadah membawa orang-orang menerima Yesus Kristus, percaya dan taat kepada-Nya.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
- Apa yang saudara pahami tentang “kebenaran yang memerdekakan” menurut Injil Yohanes 8:30-36?
- Apa pandangan saudara tentang kebebasan yang ditawarkan dunia?
- Bagaimana sikap dan peran gereja dalam menghadapi kebebasan di Era digital saat ini?
NAS PEMBIMBING: Galatia 5:13
POKOK DOA
Berdoa bagi Bangsa Indonesia agar selalu dalam lindungan Tuhan Allah agar menjadi bangsa yang makmur, adil dan maju, serta dijauhkan dari bencana.
Berdoa bagi pemerintah agar dapat menjadi alat Tuhan Allah yang meyejahterakan serta melindungi rakyat. Juga berdoa untuk seluruh rakyat Indonesia agar mempraktikan hidup benar, adil dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Berdoa bagi gereja dan warganya agar dapat memberi kontribusi positif dalam mengisi kemerdekaan serta menyelesaikan masalah.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN HARI MINGGU BENTUK III
NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Nyanyian Masuk : KJ No. 337 “Betapa Kita Tidak Bersyukur”
Nas Pembimbing: PKJ No. 175 “Satu Tanah Air”
Pengakuan Dosa: KJ No. 28 ”Ya Yesus Tolonglah”
Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 78 ”Kasih Tuhanku Lembut”
Persembahan: NKB No.133 “Syukur Pada-Mu Ya Allah”
Nyanyian Penutup: KJ No.336 “Indonesia Negaraku”
ATRIBUT Warna dasar hijau dengan gambar salib di atas perahu.
(*)