Staff khusus gubernur sosialisasi stunting
Manado,Spiritsulut.com
Stunting adalah salah satu indikator malnutrisi kronik yang ditandai dengan
tubuh lebih pendek dari anak seusianya karena kondisi gagal pertumbuhan pada 1000 hari pertama kehidupan (dari dalam kandungan hingga usia 2 tahun), Stunting memberikan dampak jangka pendek seperti gagal tumbuh, dan jangka panjang seperti sistem imun yang tidak baik sehingga sering terserang penyakit,
beresiko terkena penyakit degeneratif dan mengalami penurunan kesehatan
reproduksi.
Sebagai Staff khusus Gubernur Sulut, Dra Anne Dondokambey,DEA mengatakan menurunan angka stunting di sosialissasikan kepada siswa.
“Pelaksanaan sosialisasi penurunan angka stunting melalui para siswa-siswi SMA/SMK,”ungkapnya di hadapan para siswa SMKN 6 Manado..
Berdasarkan hasil riskesdas, prevalensi stunting pada balita telah mengalami penurunan dari 37,6% di tahun 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018.
Dondokambey mengatakan ini temuan tren penurunan juga dalam survei status gizi indonesia (SSGI) 2022 yang menyebutkan bahwa jika tahun 2019 prevalensi stunting sebesar 27,7%, tahun 2021 sebesar 24,4%, dan pada tahun 2022 menjadi 21,6%.
“Dalam laporan yang sama, di Sulawesi Utara sendiri, prevalensi tunting masih pada angka 20,5%. Tentu hal ini masih menjadi tantangan yang cukup besar guna mencapai target hanya 149% angka stunting secara nasional pada tahun 2024 dalam RPJMN. Di Sulawesi Utara sendiri,”tuturnya.
Sedangkan Kota Tomohon yang prevalensi stuntingnya di bawah 149%, yakni sebesar 13,7%.
Ditegaskan,, Stunting memiliki dampak yang berpengaruh terhadap masa depan anak
apabila tidak dilakukan pencegahan sejak dini.
“Stunting berkaitan dengan gangguan intelektual selama masa kanak-kanak dan perawakan pendek pada masa remaja-dewasa, sehingga diperlukannya pencegahan retardasi pertumbuhan,”tandasnya.
(rik)